loading...
Kebohongan yang sering dilakukan anak dapat mencemaskan orang tua. Tapi sebelum memarahinya atas kebohongan yang dilakukan, penting untuk mencari tahu alasan di balik kebohongan tersebut agar dapat menyikapi dengan tepat.

Anak mulai mengenal kebohongan pada usia yang terbilang cukup dini, yaitu sekitar usia anak tiga tahun. Pada masa ini ia mulai menyadari bahwa kita belum tentu mampu menerka semua hal yang ia pikirkan. Dari situ juga ia mengerti bahwa ada beberapa hal yang bisa saja ia lakukan tanpa orang tuanya sadari.


Memahami Alasan Anak Berbohong
Setelah mulai mengenal kebohongan pada usia tiga tahun, maka hal tersebut meningkat seiring usia. Pada anak usia 4-6 tahun, mereka sudah lebih pandai dalam menunjukkan ekspresi wajah dan nada suara ketika ia sedang berbohong.  Seiring bertambah besarnya anak, tentu ia akan lebih berani lagi berbohong termasuk hal yang berkaitan dengan sekolah, pekerjaan rumah, guru hingga teman.
Sebenarnya pada usia 5-10 tahun merupakan saat yang penting memperjelas batas antara kebohongan dan kejujuran. Hal ini juga tergantung dari bagaimana lingkungan  menegaskan arti kejujuran. Anak di atas usia 10 tahun, sudah bisa memahami dengan jelas batasan antara kebohongan dan kejujuran.
Umumnya alasan anak berbohong yaitu takut ketahuan saat melakukan kesalahan dan menutupi kesalahan tersebut. Selain itu, terdapat alasan lain seperti ingin mendapat perhatian atau berusaha memperoleh keinginan yang belum terlaksana. Ada pula alasan anak berbohong agar ceritanya memiliki kesan lebih seru atau tampak lebih baik. Sebagian kebohongan bahkan dilakukan hanya untuk mengetahui respon orang tua.
Cara Mengatasi Anak yang Berbohong

Mengetahui alasan berbohong, dapat membantu orang tua melakukan tindakan yang tepat dalam menyikapi anak berbohong.
Jika anak berbohong tentang hal yang tidak benar-benar dialami, orang tua dapat memberi respon menghargai imajinasinya. Namun, jika anak berbohong karena menutupi kesalahan, dorong anak untuk mengakui kesalahannya. Orang tua juga dapat mulai untuk tidak bereaksi berlebihan saat anak melakukan kesalahan, misalnya saat menumpahkan minum ke lantai.
Lalu jika anak berbohong karena ingin dianggap lebih baik, orang tua dapat lebih banyak memuji anak dan mendorong melakukan hal yang disukai. Ini dapat meningkatkan rasa percaya diri anak.
Yang tidak kalah penting adalah menekankan nilai kejujuran dalam keluarga. Penting bagi orang tua untuk memberi contoh perilaku yang jujur dan jangan malu untuk mengakui kesalahan serta meminta maaf dengan alasan yang jelas bila melakukan kesalahan. Orang tua juga dapat memberikan aturan dan batasan mengenai perilaku apa yang diterima dan apa yang tidak. Saat anak berbohong, jelaskan apa konsekuensinya, agar anak tidak mengulanginya. Namun hindari hukuman fisik ya!
Selain itu, hindari memberi label pembohong pada anak. Hal ini hanya akan membuatnya lebih banyak berbohong. Kemudian berikan pujian atau kata manis untuknya ketika anak mengatakan hal yang jujur. Kesenangan ini bisa memotivasinya untuk mengulang lagi perilaku jujur.
Jika berbagai cara sudah dilakukan oleh orang tua, namun anak masih saja berbohong hingga membuat orang tua kewalahan, sebaiknya libatkan pula seorang konselor atau psikolog anak. Hal ini dapat dilakukan untuk membantu mengetahui alasan anak berbohong dan menyelesaikan permasalahannya.
Share To:

Share Bacaan

Post A Comment:

0 comments so far,add yours